Seringkali kita
memerlukan pemahaman yang lebih baik mengenai definisi native spesies, endemic
spesies, exotic spesies, dan invasive species. Pengertian dan batasan-batasan
mengenai jenis-jenis tersebut penting untuk diperhatikan oleh karena berkaitan dengan pengelolaan jenis-jenis tersebut. Berikut ini adalah
tulisan yang mencoba menguraikan pengertian-pengertian tersebut beserta spesies
yang dijadikan contoh, yaitu jabon merah (Anthocephalus
macrophylla).
Spesies asli (native species)
atau disebut juga indigenous adalah
spesies-spesies yang menjadi penduduk suatu wilayah atau ekosistem secara alami
tanpa campur tangan manusia. Kehadiran spesies ini (baik binatang maupun
tumbuhan) melalui proses alami tanpa intervensi manusia. Pengertian native
(asli) berhubungan dengan centre of
origin dari spesies tersebut, yaitu tempat di mana di daerah itulah spesies
tersebut diindikasikan pertama kali menjadi asal dari spesies tersebut. Spesies
menjadi spesies native/asli daerah
tertentu oleh karena barier kondisi
geografis. Suatu spesies mungkin berasal dari sebuah pulau/benua pada awalnya,
tetapi oleh karena perubahan kondisi lingkungan dan kondisi geografis (misalnya
terpisahnya benua oleh karena es yang mencair, atau dibatasi oleh lautan yang
luas) yang menyebabkan spesies tersebut ‘terperangkap’ ke daerah tertentu dan
menyebabkan aliran gen hanya terbatas pada daerah tersebut saja.
Spesies endemik (endemic
species) merupakan spesies yang menjadi unik pada suatu wilayah geografi
tertentu. Sebuah spesies bisa disebut endemik jika spesies tersebut merupakan
spesies asli yang hanya bisa ditemukan di sebuah tempat tertentu dan tidak
ditemukan di wilayah lain. Ini berhubungan dengan sebaran alam (centre of dispersal) dari spesies
tersebut. Wilayah di sini dapat berupa pulau, negara, atau zona tertentu. Perbedaan
yang harus diperhatikan adalah spesies asli belum tentu spesies endemik. Namun
spesies endemik pastilah spesies asli wilayah tersebut.
Spesies eksotis (exotic
species) atau seringkali disebut sebagai spesies introduksi (introduced species) adalah merupakan spesies yang berkembang
di luar habitat (wilayah) sebaran aslinya akibat campur tangan manusia baik
disengaja ataupun tidak.
Spesies invasive (invasive species) adalah spesies yang
berkembang begitu cepat dan dominan sehingga mendesak dan membahayakan populasi
spesies lain yang ada di sekitarnya dan bersifat merugikan. Jenis invasif dapat berupa jenis endemik maupun jenis
eksotik. Jenis eksotik yang kemudian berkembang menjadi jenis invasif disebut
dengan jenis asing invasif (invasive alien
species) .
Jabon
merah disebut dengan nama local Karumama merah (Sulawesi Utara), Samama merah (Maluku
Utara), dan Kelampayan merah (Malaysia). Taksonomi jabon merah dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Kindom : Plantae
Sub Kindom :
Tracheobionta (tumbuhan berpembulu)
Super Divisi : Spermatophyta
( menghasilkan biji)
Divisi :
Magnoliophyta ( Tumbuhan berbunga)
Kelas :
Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil)
Sub kelas :
Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili :
Rubiaceae
Genus : Anthocephalus
Spesies : Anthocephalus
macrophyllus (Roxb.) Havil.
Sinonim : Bancalus
macrophyllus (Roxb.) O.
Kuntze, Nauclea
macrophylla Roxb,
Neolamarckia
macrophylla (Roxb.)
Bosser
Jabon merah
merupakan jenis tanaman pioneer (perintis) dan light demanding species, dimana tanaman tersebut memerlukan cahaya
penuh di setiap tingkat pertumbuhannya. Sebagaimana tanaman jenis pioneer yang
lain, jabon merah ini memiliki kemampuan yang sangat baik untuk tumbuh bahkan di
tempat yang marjinal. Selain itu jabon merah juga merupakan tanaman yang cepat
tumbuh (fast growing species) dan
merupakan tanaman yang menggugurkan daunnya (deciduous) pada saat terjadi musim kemarau. Tanaman ini memiliki
kemampuan melakukan pruning secara alami, sehingga menghasilkan batang yang
lurus. Kualitas kayu jabon merah relatif lebih baik daripada jenis tanaman
cepat tumbuh yang lain seperti sengon dan jabon putih. Kayu jabon merah banyak diserap oleh banyak industri
diantaranya kayu lapis, industri meubel, Tripleks, pulp, Papan, produsen peti
buah, Alas sepatu, mainan anak-anak dan korek api. Jabon merah mulai banyak
dibudidayakan dan di sebaran alamnya ditengarai populasi maupun variasi
genetiknya mulai berkurang. Namun demikian, baik CITES maupun IUCN Redlist belum
mengeluarkan status kepunahan terhadap spesies ini.
Jabon (Anthocephalus sp.) tersebar dari daerah pantai hingga ketinggian 1000 m dpl. (Heyne,
1978).
Jabon berasal dari daerah beriklim muson tropika seperti Indonesia, Malaysia,
Vietnam dan Filipina. Jabon juga ditemukan tumbuh di Sri Lanka, Nepal, Laos,
Myanmar, Thailand, China dan Papua New Guinea. Namun jabon merah Jabon merah
ini juga ditemukan secara eksklusif di wilayah Indonesia Timur, yaitu di Pulau
Sulawesi dan Kepulauan Maluku.
Jabon merah dapat dikatakan sebagai spesies native Indonesia karena wilayah sebaran asalnya eksklusif di wilayah Indonesia Timur saja. Jika tanaman
tersebut keluar dari habitat sebaran aslinya di Pulau Sulawesi dan Maluku, maka
dikatakan tanaman jabon merah tersebut adalah jenis eksotik.
Pemindahan spesies ke luar dari habitat aslinya umumnya berkaitan dengan usaha manusia untuk melakukan domestikasi untuk suatu tujuan tertentu (biasanya berupa tujuan ekonomi). Dalam konteks ini, manusia berupaya mengendalikan populasi jabon merah agar dapat dibudidayakan dengan baik dan dibatasi oleh sumber daya tertentu, khususnya permodalan. Selama jenis jabon merah tersebut dapat dikendalikan dengan baik dan memberikan manfaat bagi manusia, maka dikatakan spesies jabon merah tersebut bukan merupakan spesies invasif. Jika kemudian pemindahan jenis tanaman jabon merah tersebut ke luar sebaran asalnya menyebabkan terjadinya pertumbuhan jabon merah yang tidak terkendali, maka kemudian persoalan berikutnya adalah bagaimana manusia memandang ledakan pertumbuhan jabon merah tersebut.
Definisi ‘merugikan’ ini menjadi titik kritis kita dalam memandang ledakan populasi jabon merah tersebut. Misalnya, ketika ledakan populasi jabon merah ini dipandang menguntungkan oleh masyarakat, oleh karena kayunya yang memberikan manfaat secara ekonomi, maka tidak dapat dikatakan bahwa jenis jabon merah merupakan jenis invasive. Tetapi kita bisa berpendapat bahwa jabon merah ini merupakan jenis invasif ketika ledakan populasi jabon merah itu dipandang sebagai sesuatu yang merugikan karena mendesak populasi jenis pohon lain dan menyebabkan perubahan struktur dan komposisi tanaman yang ada dalam suatu tempat tertentu. Perubahan struktur dan komposisi hutan tanaman tentunya akan berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ekosistem lain, misalnya satwa atau yang lainnya.
Pemindahan spesies ke luar dari habitat aslinya umumnya berkaitan dengan usaha manusia untuk melakukan domestikasi untuk suatu tujuan tertentu (biasanya berupa tujuan ekonomi). Dalam konteks ini, manusia berupaya mengendalikan populasi jabon merah agar dapat dibudidayakan dengan baik dan dibatasi oleh sumber daya tertentu, khususnya permodalan. Selama jenis jabon merah tersebut dapat dikendalikan dengan baik dan memberikan manfaat bagi manusia, maka dikatakan spesies jabon merah tersebut bukan merupakan spesies invasif. Jika kemudian pemindahan jenis tanaman jabon merah tersebut ke luar sebaran asalnya menyebabkan terjadinya pertumbuhan jabon merah yang tidak terkendali, maka kemudian persoalan berikutnya adalah bagaimana manusia memandang ledakan pertumbuhan jabon merah tersebut.
Definisi ‘merugikan’ ini menjadi titik kritis kita dalam memandang ledakan populasi jabon merah tersebut. Misalnya, ketika ledakan populasi jabon merah ini dipandang menguntungkan oleh masyarakat, oleh karena kayunya yang memberikan manfaat secara ekonomi, maka tidak dapat dikatakan bahwa jenis jabon merah merupakan jenis invasive. Tetapi kita bisa berpendapat bahwa jabon merah ini merupakan jenis invasif ketika ledakan populasi jabon merah itu dipandang sebagai sesuatu yang merugikan karena mendesak populasi jenis pohon lain dan menyebabkan perubahan struktur dan komposisi tanaman yang ada dalam suatu tempat tertentu. Perubahan struktur dan komposisi hutan tanaman tentunya akan berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ekosistem lain, misalnya satwa atau yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar